#INHANDSTALK 4: Creating Influential Digital Ads

Seiring berkembangnya zaman, teknik pemasaran dengan mengandalkan digital marketing menjadi semakin sering digunakan oleh pelaku bisnis. Alasannya tidak lain dan tidak bukan karena pengguna internet yang terus bertumbuh pesat, serta perubahan perilaku konsumen yang beralih kepada platform belanja online untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Peralihan dari luring (offline) ke sistem daring (online) juga berimbas pada strategi marketing. Pada dasarnya, jika direct marketing lebih menitikberatkan pada strategi door-to-door, maka digital marketing punya cakupan yang lebih luas. Melihat positifnya penjualan online, maka kita harus pintar-pintar putar otak agar strategi digital marketing kita berhasil dilirik oleh pemirsa. Tapi sebelum bicara jauh ke sana, mari mengenal konsep ‘Ads’ atau iklan di platform media sosial dari hulu sampai ke hilir bersama dengan Daniel Sastraamidjaja, seorang praktisi digital marketing yang sudah berpengalaman di bidangnya. Di #InhandsTalk ke-empat kali ini, yuk belajar bareng agar iklan dan strategi digital marketing kamu bisa memengaruhi angka penjualan!

Digital Marketing: Cara Jualan Kekinian

Menurut Daniel, digital marketing adalah kegiatan pemasaran dengan menggunakan media digital terutama internet, seperti melalui media sosial, search engine, dan media digital lainnya. Ketika berbicara tentang digital marketing, maka kita juga bakal berbicara tentang konten dan media penyebaran kontennya. Perihal konten misalnya, dalam jurnal bertajuk ‘What Works in Content Marketing’ yang dikeluarkan oleh Search Engine Journal, pendekatan konten marketing berfokus pada menciptakan konten (yang berkaitan dengan brand dan produk) yang valuable, punya relevansi dengan target konsumen, dan konsisten untuk menarik minat audience untuk melakukan purchase (pembelian) terhadap produk yang dimaksud. 

Sedangkan jika berbicara tentang media untuk distribusi konten tersebut, maka kita akan berkenalan dengan berbagai platform media online, seperti media sosial, website, search engine marketing (seperti google), email marketing (penawaran lewat email), mobile marketing, pay-per-click marketing, dan messenger. 

Seperti yang sudah kami nyatakan dalam paragraf sebelumnya, strategi penjualan melalui digital marketing akan mengalami pertumbuhan pesat di tahun-tahun berikutnya. Daniel juga menunjukan survey yang dirilis oleh Nielsen, yang menunjukkan baha 71% dari 1.000 pelaku bisnis menyatakan akan meningkatkan budget untuk digital marketing di tahun 2019. 

Lalu, bagaimana caranya menciptakan ide konten yang bagus dan diminati di media sosial atau media online lainnya? Yang jelas ada ribuan cara untuk memenangkan hati audience. Di #InhandsTalk kemarin, Daniel mengkategorisasikan ide konten yang bisa kamu adopsi untuk mengembangkan akun media sosial. Tapi, jangan lupa ya, setiap persona atau brand punya DNA dan keunikannya sendiri. Lihat dulu, apakah konten ini sesuai dengan tone brand image yang kamu tunjukkan ke publik, atau apakah konten ini sesuai dengan target audience yang diincar oleh brand-mu. 

Hal selanjutnya yang perlu diingat adalah bahwa setiap tools/media distribusi konten punya style-nya masing-masing. Semisal, Instagram menitikberatkan pada konten visual (gambar/foto/video), sementara Twitter akan lebih berfokus pada storytelling atau micro-blogging. Menurut Daniel, perbedaan gaya konten masing-masing platform media sosial berpengaruh pada konten yang harus dibuat. Untuk memudahkan pemahaman kita, Daniel memberikan contoh sebagai berikut:

Facebook: “Saya suka kopi, karena…” (General, campuran antara kata-kata dan visual)

Instagram: “Ini foto kopi yang saya suka.” (Visual)

YouTube: “Ini adalah video tentang kopi yang saya suka.” (Video/Vlog)

Twitter: “Ini adalah utas tentang #coffeelatte yang saya suka.” (Micro-Blogging) 

Google: “Kopi Enak di Jakarta” (SEO/SEM)

LinkedIn: “Inilah skill saya: membuat latte art yang unik.” (Professional Skill)

Namun, meski perkembangan digital marketing di Indonesia makin melesat, para pelaku bisnis mengalami kendala untuk mengoptimalisasi strategi digital marketing. Selama tujuh tahun berkiprah di bidang marketing baik offline dan online, Daniel mengemukakan ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku bisnis, di antaranya adalah sebagai berikut:

  • 55% orang yang melakukan digital marketing tidak mengerti bagaimana cara melakukan digital marketing, serta tujuannya
  • Budget digital marketing terlalu ketat/terlalu boros dan tidak efisien 
  • Kualitas konten yang ditunjukkan di digital marketing tidak diperhatikan
  • Review yang dilakukan tidak kena sasaran/salah dalam menentukan KPI 

Sales vs  Branding: Tentukan Dulu Tujuannya 

Tak jarang juga para pelaku usaha yang tidak memahami bahwa digital marketing sejatinya punya dua tujuan, yaitu sebagai branding dan untuk meningkatkan tingkat penjualan. Idealnya para pelaku brand yang baru saja memasuki ranah digital marketing akan berfokus lebih dahulu pada branding ketimbang menaikkan sales. Apalagi untuk brand-brand yang belum dikenal oleh publik. Namun, kebanyakan pelaku bisnis selalu berpikir bahwa digital marketing adalah jalan pintas untuk menaikkan sales, padahal tidak selalu begitu. Ada proses yang harus dilalui agar brand dan produk kamu dapat dikenal oleh publik secara luas. Dan proses tersebut haruslah dilalui dengan cara branding, endorse, bahkan ads (iklan), yang butuh biaya yang tidak sedikit. Terkhusus hal ini, Daniel menganalogikan branding melalui digital marketing dengan perumpamaan sebagai berikut. 

Salah satu keunggulan digital marketing melalui beberapa platform online adalah kita bisa menjaring audience dan calon customer sebanyak-banyaknya. Lewat media online, kita bisa menginfokan produk, promo dan hal lainnya kepada masyarakat luas. Hal yang tentu saja sulit dilakukan jika kita masih mengandalkan media offline. Awal mula branding memang membutuhkan usaha dan biaya ekstra. Hal tersebut dilakukan untuk menarik minat para audience (targeted strangers) agar tertarik dan menjadi followers. Lalu, setelah sudah mendapatkan followers, pastikan konten yang kita buat engaging dan informatif, sehingga para followers tidak hanya sekadar mem-follow akun brand dan membelikan likes (apresiasi), tapi lewat konten kita juga mengupayakan untuk dapat mengubah ketertarikan menjadi suatu aksi yaitu membeli produk. Setelah itu, kita harus mampu mempertahankan kualitas produk, agar customer tetap setia pada produk brand, bahkan di tahap lebih lanjut customer bisa menjadi promoter yang merekomendasikan produk kita kepada rekannya. 

Lantas, bagaimana caranya kita menjaring para audience di lautan luas bernama internet? Selain mengandalkan konten, menurut Daniel kita juga mesti menentukan hal-hal berikut:

  1. Tentukan target consumer dan KPI. Target consumer berbeda dengan KPI. Jika target consumer banyak berbicara tentang untuk siapa produk sebuah brand diperuntukkan, lokasi, hobi atau interest, rentang umur konsumen, dan status sosial (apakah diperuntukkan untuk kelas low to middle atau middle to high), maka KPI akan lebih berfokus pada jumlah atau berapa target orang yang mau dijangkau pada setiap stase (mulai dari targeted strangers sampai dengan tahap customer atau bahkan promoter). KPI bisa ditentukan dengan perbandingan persentase sebagai berikut:

 

  1. Hard selling? Gak masalah kok! Namanya juga baru mulai branding, jadi nggak ada salahnya kalo bentuk marketing kamu lebih ke arah hard selling. Ada beberapa strategi hard selling yang bisa kamu lakukan, seperti sering mengadakan promo gratis ongkir, diskon, atau promo buy 1 get 2. Karena promo-promo ini banyak mengundang atensi, jangan lupa manfaatkan fitur ads ya. Kamu bisa pilih platform Instagram/Facebook Ads atau platform ad management lain sesuai kebutuhan bisnis kamu. Menurut Daniel, ada beberapa kata yang powerful, yang dapat disertakan dalam visual. Di antaranya adalah:
  • Anda – Karena
  • Gratis – Waktu Terbatas
  • Tanpa Risiko – Mudah
  • Rahasia – Jangan Lewatkan
  • Instan
  1. Perhatikan insight dan feedback. Digital marketing lekat kaitannya dengan siklus. Coba perhatikan siklus di bawah ini. Untuk dapat mengetahui konten macam apa yang disukai, kamu memerlukan tools berupa platform online dan media sosial, lalu kamu juga perlu beriklan (Ads), agar konten kamu dapat dilihat oleh lebih banyak orang. Pastikan juga kamu menggunakan tagar yang tepat, dan frekuensi postingan kamu juga harus konsisten, agar algoritma media sosial dapat mendeteksi aktivitas akun kamu atau brand. Nah, setelah itu jangan lupa untuk selalu menganalisa insight dan feedback yang ditunjukan oleh data dari platform iklan di media sosial seperti Instagram Ads, Facebook Ads Management (jika kamu menggunakan fitur ads). Perhatikan, di jam berapa postingan kamu banyak dilihat, konten apa yang paling banyak disukai, atau sudah tepatkah strategi consumer targeting yang kamu tetapkan di awal. Dari data-data tersebut, kamu bisa belajar untuk membuat konten yang disukai audience. Dengan begitu, branding kamu bisa dikatakan berhasil. 

Dini Octavia A.

Dini Octavia A.

Leave a Replay

About Us

We are Inhands Agency, a fast-growing digital agency based in Jakarta. We called ourself as a brands’ advocate. We help brands go digital and create a meaningful digital experience journey to clients.

Recent Posts

Youtube

Instagram

Tik Tok

Hubungi via WA
Halo, ada yang bisa kami bantu? 😁😁
~ CS Inhands Agency